TARI LELENG
Untuk tari Leleng ini menggambarkan tentang seorang gadis yang bernama Utan Along. Cerita dibalik tari leleng mengenai seorang gadis yang dinikahi secara paksa oleh kedua orangtuanya dengan seorang pemuda yang tidak pernah dicintai oleh Utan Along. Hingga akhirnya gadis tersebut lebih memilih untuk kabur dari rumah dan melarikan diri kedalam hutan. Tarian Leleng ini diiringi dengan nyanyian lagu Leleng sebagai lantunan musiknya.
Tari Hopong
Tari Hopong merupakan salah satu tarian yang berasal dari Nusa Tenggara Timur sendiri, dimana seperti yang kita tahu bahwa tarian tersebut mempunyai suatu hal dan juga makna yang berbeda antara satu gerakan dengan gerakan yang lainnya, sehingga pada jenis-jenis tarian tertentu ada yang sangat terkenal pada kalangannya sendiri, ada juga yang kurang terkenal kerena beberapa gerakan yang belum pernah terlihat atau terkesan kaku sama sekali. Dalam hal ini sendiri tarian merupakan sesuatu yang bisa disebut dengan seni, karena seperti yang kita tahu bahwa tarian ini memperlihatkan beberapa hal yang sangat identik dengan keindahan dari beberapa gerakan yang dibuatnya beserta dengan hal yang lain juga.
Upacara Hopong adalah merupakan ritual yang dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan dan Nenek Moyang. upacara dan tarian Hopong ini dilakukan pada masa panen di sebuah rumah yang telah ditentukan bersama dengan dihadiri oleh para tetua adat serta lapisan masyarakat Helong. Tarian Hopong menggambarkan kehidupan bersama, nilai religius dan gotong royong masyarakat Helong.
Tarian ini sendiri merupakan tarian yang sering digunakan dalam beberapa acara yang biasanya diadakan pada daerah ini sendiri, hal ini bisa saja pada acara pernikahan, acara adat istiadat ataupun acara keagamaan serta juga acara ritual yang biasanya dilakukan oleh beberapa orang juga. Pada daerah ini sendiri hampir sama dengan daerah yang ada pada Jawa sendiri, dimana terkadang beberapa gerakan yang ada merupakan gerakan yang penuh dengan tanda Tanya dan masih menyimpan misteri pada beberapa gerakan yang dilakukan oleh penari itu sendiri. bahkan terkadang kita bisa takjub akan beberapa gerakan tarian yang dilakukan tanpa sadar oleh penari tersebut karena terkadang adanya kekuatan mistis pada beberapa tarian tersebut.
Selain daripada itu tarian-tarian tersebut juga menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang ada di sekitar daerah tersebut sendiri, hal ini dikarenakan ada beberapa orang yang memang menggemari tarian-tarian yang ada dan ingin melihatnya secara dekat karena daya tarik dari beberapa gerakan yang ada pada tarian tersebut. Beberapa tarian yang ada pun sering menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa orang yang melihatnya karena adanya gerakan pada tarian tersebut disertai dengan irama yang ada membuat suatu tarian tersebut menjadi terlihat lebih indah dan juga lebih menarik dibandingkan kesenian yang lainnya.
Tari Tradisional Gorontalo - "Tari Dana - Dana"
Tari dana-dana adalah tarian tradisi yang berasal dari Provinsi Gorontalo. Penamaan tari Dana-dana ini berasal dari bahasa daerah yaitu daya-dayango yang berarti menggerakkan seluruh anggota tubuh sambil berjalan.
Tari dana-dana merupakan tari pergaulan remaja gorontalo. Tarian ini dilakukan oleh 2 sampai 4 orang laki-laki. Tarian ini dimainkan dengan gerakan-gerakan yang dinamis dan lincah. Dalam tarian ini seluruh anggota badan harus bergerak sesuai dengan irama musik. Tarian ini diiringi oleh alat musik gambus dan rebana serta lagu berisi pantun yang bertema percintaan atau nasehat-nasehat yang bertemakan kehidupan remaja. Tarian dana-dana memang menggambarkan sosok remaja yang energik dengan gairah hidup yang besar, kehidupan dunia remaja dan keakraban pergaulan remaja.
Tarian dana-dana dari Gorontalo ini mulai dikenal seiring dengan masuknya pengaruh agama Islam ke Gorontalo. Pada tahun 1525 M, Tari Dana-Dana turut serta menyebarkan dakwah Islam di Gorontalo. Tarian ini dipentaskan pada saat pesta pernikahan Sultan Amay dan Putri Owotango. Tarian ini sebenarnya dibawakan secara berpasang-pasangan antara remaja laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, ketatnya ajaran Islam pada saat itu tidak mengijinkan laki-laki bisa dengan mudah menyentuh perempuan yang bukan muhrimnya sehingga tari dana-dana hanya dibawakan oleh kaum laki-laki saja.
Tari Dana-Dana terbagi menjadi dua fungsi yaitu tari penyambutan dan tari perayaaan. Tari penyambutan biasa ditampilkan pada saat penyambutan tamu sedangkan tari perayaan sendiri ditampilkan pada saat perayaan-perayaan hari besar atau perayaan adat. Tari dana-dana juga memiliki daya pikat tersendiri di bidang pariwisata. Tarian ini juga seringkali dipentaskan dalam rangkaian acara promosi pariwisata provinsi Gorontalo.
Tarian Dana-Dana ini terus berkembang seiring dengan perkembangan sosial yang ada. Kehidupan remaja masa kini sudah mengalami perubahan yang siginfikan. Oleh karena itu, tarian dana-dana yang notabene adalah tarian untuk para remaja juga terus mengalami modifikasi. Hal ini dimaksudkan agar tarian ini masih dapat diterima oleh remaja di masa kini. Saat ini tarian dana-dana telah mengalami beberapa modifikasi seperti misalnya dikolaborasikan dengan tari cha-cha. Tari dana-dana klasik adalah tarian yang masih mempertahankan keaslian gerakan, irama musik dan aspek lainnya sedangkan tari dana-dana modern adalah tarian yang sudah mengalami modifikasi atau pembaruan baik dari gerakan, musik dan aspek lainnya. Inilah yang membuat tari dana-dana terbagi ke dalam dua jenis yaitu tari dana-dana klasik dan tari dana-dana modern. Akan tetapi, modifikasi yang dilakukan pada tarian ini tetap tidak bertentangan dengan nilai moral dan nilai filosofis dari tarian ini.
TARIAN SELAMAT DATANG PAPUA BARAT
Tari Selamat Datang adalah tarian tradisional sejenis tarian penyambutan yang berasal dari daerah Papua. Tarian ini biasanya dibawakan oleh para penari pria dan wanita untuk menyambut tamu kehormatan atau tamu penting yang berkunjung ke sana. Tari Selamat Datang merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Papua. Selain gerakannya yang khas dan enerjik, tarian ini tentu kaya akan makna dan nilai-nilai di dalamnya.
Sejarah Tari Selamat Datang
Menurut sejarahnya, Tari Selamat Datang sudah ada sejak zaman dahulu. Di Papua sendiri pada dasarnya memiliki banyak suku dan setiap suku biasanya memiliki ciri khas tersendiri dalam tarian selamat datang mereka. Tari Selamat Datang sejak dulu sering dilakukan oleh masyarakat di sana untuk menyambut kedatangan para tamu, baik dari luar kota, luar suku, maupun tamu penting lainnya yang dianggap terhormat atau berniat baik dalam kedatangan mereka. Tari Selamat Datang juga merupakan simbol penghormatan dan tanda bahwa tamu tersebut itu diterima dengan baik oleh masyarakat di sana.
Tari Selamat Datang telah menjadi suatu tradisi dikalangan masyarakat Papua, sehingga masih terus dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat di sana. Karena kecintaan mereka pada budaya Papua, para seniman disana kemudian mengambangkan tarian ini. Dengan membawa unsur budaya Papua yang beragam dan ciri khas masyarakat Papua dalamnya, maka jadilah Tari Selamat Datang yang sering ditampilkan saat ini. Walaupun begitu beberapa suku di Papua masih tetap mempertahankan tarian selamat datang yang menjadi ciri khas mereka dulu.
Fungsi Dan Makna Tari Selamat Datang
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Tari Selamat Datang merupakan salah satu tarian tradisional yang difungsikan untuk menyambut kedatangan para tamu terhormat. Bagi masyarakat disana tarian ini dimaknai sebagai ungkapan rasa hormat dan tanda bahwa tamu tersebut diterima dengan baik oleh masyarakat di sana. Selain itu tarian ini juga dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat dalam menyambut para tamu. Hal tersebut sangat terlihat dari gerakan dan ekspresi para penari yang menari dengan penuh keceriaan serta kebahagiaan.
Pertunjukan Tari Selamat Datang
Tari Selamat Datang ini biasanya dibawakan oleh para penari pria dan penari wanita. Untuk jumlah para penari biasanya sesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah kelompok. Dalam pertunjukannya para penari menggunakan kostum busana tradisional khas Papua, serta dilengkapi dengan atribut menari seperti senjata dan alat musik tradisional tifa.
Dengan diiringi oleh lagu dan musik pengiring, para penari menari dengan gerakannya yang khas. Gerakan dalam Tari Selamat Datang ini sangat enerjik, sehingga menggambarkan keceriaan dari para penarinya. Dalam pertunjukannya, Tari Selamat Datang dibagi menjadi beberapa babak tarian dan setiap babak tersebut mempunyai gerakan yang berbeda-beda.
Salah satu keunikan dalam Tari Selamat Datang ini adalah ketika para penari wanita menjemput para tamu, kemudian memasangkan penutup kepala serta kalung sebagai tanda penghormatan mereka. Tamu tersebut kemudian diajak menari bersama para penari hingga selesai. Hal ini menggambarkan bahwa para tamu sudah diterima dengan baik oleh masyarakat dan sudah menjadi bagian dari mereka.
Pengiring Tari Selamat Datang
Dalam pertunjukan Tari Selamat Datang biasanya diiringi oleh alunan musik dan lagu. Alat musik pengiring tersebut terdiri dari gitar, ukulele, tifa dan stem bass yang biasanya dibuat sendiri oleh masyarakat Papua. Untuk lagu dan irama yang dimainkan biasanya merupakan lagu yang bertema keceriaan. Selain itu, biasanya lagu tersebut juga harus disesuaikan dengan gerakan para penari.
Kostum Tari Selamat Datang
Untuk kostum yang digunakan dalam pertunjukan Tari Selamat Datang, biasanya merupakan pakaian tradisional yang terbuat dari daun atau akar. Namun pada saat ini banyak juga yang menggantinya dengan pakaian kain sebagai pengembangan agar terlihat menarik. Walaupun begitu, aksesoris yang digunakan masih tetap sama, seperti halnya penutup kepala, kalung, dan gelang, serta lukisan etnik yang mewarnai tubuh mereka. Sehingga nuansa khas Papua masih tetap melekat.
Perkembangan Tari Selamat Datang
Dalam perkembangannya, Tari Selamat Datang masih terus dilestarikan dan dikembangkan hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi juga sering ditambahkan dalam pertunjukannya, baik dalam segi kostum, gerakan, maupun pengiring tarian agar terlihat lebih menarik. Selain itu, Tari Selamat Datang juga tidak hanya ditampilkan dalam upacara penyambutan saja, namun juga sering ditampilkan di berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya, dan promosi pariwisata. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari usaha pelestarian dan memperkenalkan kepada generasi muda serta masyarakat luas akan budaya yang mereka miliki.
Nonton Tari Selamat Datang yuk :D
Selain tari
Piring, masyarakat Minangkabau Sumatera Barat
juga mengenal beberapa jenis tari
tradisional lain dalam kebudayaannya, salah
satunya adalah Tari
Payung. Tari payung adalah sebuah tari
berpasangan yang dipentaskan dengan properti utama berupa sebuah payung. Tarian
ini sarat dengan nilai-nilai filosofis yang terkait dengan pola kehidupan
masyarakat ranah Minang. Berikut ini kami akan mengulas nilai nilai filosofis
dari tarian ini lengkap dengan sejarah, gerakan, iringan musik, setting
panggung, serta penjelasan lainnya yang masih terkait.
Tari
Payung
Tidak diketahui secara
pasti bagaimana asal usul dan sejarah Tari Payung dimulai.
Yang jelas, catatan terakhir menyebutkan bahwa di masa silam tarian ini menjadi
tarian ritual ketika ada suatu hajat pernikahan di beberapa nagari di Sumatera
Barat. Karena gerakan dan makna filosofis yang disajikan dalam pertujukan
sendratari ini cukup bermanfaat, baik sebagai tontonan maupun tuntunan,
kesenian ini pun terus berkembang hingga saat ini
1. Tema dan Makna
Filosofi
Tari payung sejatinya adalah sebuah tarian pergaulan yang menjadi
simbol cinta dan kasih sayang. Payung yang menjadi properti dari tarian ini
mencerminkan suatu sikap melindungi dari seorang bujang terhadap seorang gadis.
Sementara selendang yang diikatkan penari gadis ke leher bujang adalah simbol
penerimaan cinta sekaligus janji suci dalam kesetiaan. Untuk diketahui, tari
payung sendiri dipentaskan secara berpasangan oleh 3 sd 4 pasang muda-mudi.
Masing-masing pasangan memperagakan gerak tari sembari melakukan drama tentang
kisah cinta mereka hingga menuju ke pelaminan. Semua gerakan tarian ini
sejatinya memiliki makna filosofis bahwa sepasang muda-mudi yang sudah dewasa
dan saling mencintai satu sama lain hendaknya tidak berlama-lama untuk segera
menikah. Hal ini dilakukan untuk menghindari dampak buruk dari godaan nafsu
yang bisa datang kapan saja.
2. Gerakan Tari Payung
Tidak seperti tarian tradisional pada umumnya, gerakan tari payung dapat
dilakukan dengan bebas tanpa aturan khusus yang ditentukan. Kendati demikian,
keserasian antara gerakan payung yang dibawa penari pria dan gerak selendang
yang dibawa penari wanita harus benar-benar diperhatikan. Selengkapnya tentang
gerakan-gerakan tari payung tersebut, Anda dapat melihatnya pada video di samping ini. Tari Payung
3. Iringan Tari
Tari
payung diiringi oleh 2 elemen penting, yaitu tetabuhan alat musik tradisional
serta sebuah syair khusus. Alat musik yang digunakan sebagai pengiring tarian
ini terdiri dari rebana, gendang, akordeon, dan gamelan khas melayu. Masing-masing
instrumen tersebut dimainkan sesuai dengan ritme tarian. Sementara lagu atau
syair khusus yang dinyanyikan adalah syair berjudul “Babendi-bendi ke Sungai
Tanang”.
4. Setting Panggung
Setting
panggung tari payung tidak terlalu menjadi soal. Tarian ini dapat dipentaskan
di mana saja, asalkan pada tempat yang luas. Jumlah pemainnya antara 6 sd 8
orang yang saling berpasangan (3 sd 4 pasang) membuat pembagian ruang panggung
harus diperhatikan agar para penari tidak saling bertumburan.
5. Tata Rias dan Tata
Busana Tata rias dan tata busana penari menjadi unsur penting yang harus
diperhatikan dalam sebuah pertunjukan tari payung. Untuk penari wanita, kostum
yang digunakan adalah pakaian adat melayu khas Minang terdiri dari baju kurung
(kebaya), kain songket sebagai bawahan, dan hiasan kepala berupa mahkota
keemasan. Sementara untuk penari pria, kostum yang digunakan adalah baju lengan
panjang dan celana panjang satu warna lengkap dengan sarung songket dan kopiah
khas melayu.
6. Properti Tari
Seperti telah dijelaskan di atas, tari payung
menggunakan 2 properti utama, yaitu payung dan selendang. Payung dibawa oleh
penari pria, sementara selendang dibawa penari wanita. Kedua properti ini pada
pertengahan hingga akhir tarian akan saling bertemu dan melengkapi, seperti
sepasang kekasih yang dipertemukan di pelaminan untuk menjalani kehidupan
berumah tangga bersama-sama.
TARI TOR-TOR
Ketika kita dengar kata “Tor Tor Batak” maka kita akan membayangkan sekelompok orang (Batak Toba) yang menari (manortor) diiringi seperangkat alat musik tradisional (gondang sabangunan), dengan gerakan tari yang riang gembira, melenggak-lenggok yang monoton, yang diadakan pada sebuah pesta suka maupun duka di wilayah Tapanuli. Tari Tor Tor ini juga sangat terkenal sampai ke penjuru dunia, ini terbukti dari banyaknya turis manca negara maupun lokal yang ingin belajar tarian ini, hal ini dikarenakan masyarakat Batak yang pergi merantau pun dengan bangga selalu menampilkan Tari Tor Tor Sumatera Utara ini dalam acara perhelatannya.
Tari Tor Tor merupakan salah satu jenis tari yang berasal dari suku Batak di Pulau Sumatera. Sejak sekitar abad ke-13, Tari Tor Tor sudah menjadi budaya suku Batak. Perkiraan tersebut dikemukakan oleh mantan anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010 dan pakar Tari Tor Tor. Dulunya, tradisi Tor Tor hanya ada dalam kehidupan masyarakat suku Batak yang berada di kawasan Samosir, kawasan Toba dan sebagian kawasan Humbang. Namun, setelah masukknya Kristen di kawasan Silindung, budaya ini dikenal dengan budaya menyanyi dan tarian modern. Di kawasan Pahae dikenal dengan tarian gembira dan lagu berpantun yang disebut tumba atau juga biasa disebut Pahae do mula ni tumba.
Sebelumnya, tarian ini biasa digunakan pada upacara ritual yang dilakukan oleh beberapa patung yang terbuat dari batu yang sudah dimasuki roh, kemudian patung batu tersebut akan “menari”.
Jenis Tari Tor Tor:
- Tor Tor Pangurason yaitu tari pembersihan yang dilaksanakan pada acara pesta besar. Namun sebelum pesta besar tersebut dilaksanakan, lokasi yang akan digunakan untuk acara pesta besar wajib dibersihkan dengan media jeruk purut. Ini diperuntukkan, pada saat pesta besar berlangsung tidak ada musibah yang terjadi.
- Tor Tor Sipitu Cawan atau disebut juga Tari Tujuh Cawan. Tor Tor ini dilaksanakan pada acara pengangkatan raja. Tor Tor Sipitu Cawan menceritakan 7 putri yang berasal dari khayangan yang turun ke bumi dan mandi di Gunung Pusuk Buhit dan pada saat itu juga Pisau Tujuh Sarung (Piso Sipitu Sasarung) datang.
- Tor Tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Kemudian ada Tor Tor Tunggal Panaluan yang dilaksanakan pada saat upacara ritual apabila suatu desa sedang dilanda musibah. Untuk Tor Tor ini, penari dilakukan oleh para dukun untuk mendapatkan petunjuk dalam mengatasi musibah tersebut.
Sekarang ini Tari Tor Tor menjadi sebuah seni budaya bukan lagi menjadi tarian yang lekat hubungannya dengan dunia roh. Karena seiring berkembangnya zaman, Tor Tor merupakan perangkat budaya dalam setiap kehidupan adat suku Batak.
Dalam hal tata busana tari Tor Tor sangatlah sederhana. Seseorang yang ingin menari Tor Tor dalam sebuah pesta yang diikuti, cukup dengan memakai ulos yang merupakan tenunan khas Batak. Ulos yang digunakan ada dua macam, ulos untuk ikat kepala dan ulos untuk selendang. Namun motif ulos yang akan digunakan harus sesuai dengan pesta yang diikuti.
Selain sederhana dalam hal busana, Tor Tor juga sederhana dalam hal gerakan. Gerakan tangan dan kaki yang cukup terbatas merupakan salah satu ciri tarian Tor Tor Sumatera Utara. Hentakan kaki dari penari bergerak mengikuti iringan magondangi. Magondangi sendiri terdiri dari berbagai alat musik tradisional yaitu gondang, tagading, suling, terompet batak, ogung (doal, panggora, oloan), sarune, odap gordang dan hesek. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa gerak Tor Tor Batak berbeda dalam setiap jenis musik yang diperdengarkan dan berbeda pula gerak Tor Tor laki-laki dan gerak Tor Tor perempuan. Menurut para pemerhati Tor Tor, bahwa Tor Tor yang dilakonkan juga dibedakan antara Tor Tor Raja dengan Tor Tor Natorop. Sementara perangkat lain dalam acara tortor Batak biasanya harus ada orang yang menjadi pemimpin kelompok Tor Tor dan pengatur acara/juru bicara (paminta gondang), untuk yang terakhir ini sangat dibutuhkan kemampuan untuk memahami urutan gondang dan jalinan kata-kata serta umpasa dalam meminta gondang.
Bagaimanapun juga, Tor Tor Batak adalah identitas seni budaya masyarakat Batak yang harus dilestarikan dan tidak lenyap oleh perkembangan zaman dan peradaban manusia. Tari Tor Tor Batak mengandung nilai-nilai etika, moral dan budi pekerti yang perlu ditanamkan kepada generasi muda. Dan ini merupakan tugas kita bersama sebagai warga negara Indonesia agar tidak ada lagi seni budaya asli peninggalan nenek moyang bangsa kita yang diklaim oleh negara lain.
Nonton dulu yuk gan sis :D
TARI JAIPONG
Tari Jaipong adalah salah satu kesenian tradisional Jawa Barat yang sangat populer di Indonesia. Tari Jaipong ini merupakan penggabungan beberapa seni tradisional seperti pencak silat, wayang golek, ketuk tilu dan lain – lain. Tarian ini sering di tampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu besar dan festival budaya.
Menurut sejarahnya, Tari Jaipong ini merupakan tarian yang di ciptakan oleh seniman bernama H. Suanda dari Karawang. Tarian ini mulai di populerkan pada tahun 1976 melalui media kaset dengan nama “Suanda Grup”. Pada saat itu masih menggunakan instrument sederhana sebagai pengiringnya seperti gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden. Melalui media kaset rekaman tersebut ternyata mendapat respon yang baik dari masyarakat Karawang sehingga tarian ini menjadi sarana hiburan bagi masyarakat disana.
Tarian Jaipong ini mulai di kenalkan ke masyarakat bandung oleh seniman bernama Gugum Gumbira, dengan tujuan mengembangkan tarian asal karawang ini di kota bandung. Dengan terinspirasi dari berbagai kesenian sebelumnya seperti ketuk tilu, kliningan dan juga tari ronggeng, Gugum Gumbira mengemas tarian tersebut menjadi pengembangan dari Tari Jaipong.
Pada pertunjukannya, tarian ini biasa di mainkan oleh para penari secara perorangan, berpasangan atau berkelompok. Gerakan dalam tarian ini merupakan tarian atraktif dengan gerakan yang dinamis. Dengan gerakan dominan antara tangan, bahu, pinggul yang di gerakan secara lincah dan dinamis. Pada saat menari secara berpasangan atau berkelompok, penari menari menari dengan gerakan yang padu antara penari satu dengan penari lainnya. Selain itu barisan atau formasi yang di lakukan secara berpindah – pindah akan menambah keindahan pada tarian tersebut. Dalam pertunjukan tari juga di iringi dengan music tradisional degung dengan alat music seperti kendang, gong, saron, kecapi dan lain – lain.
Busana yang di gunakan dalam tarian jaipong ini biasanya menggunakan kebaya berwarna cerah dan bawahan berupa kain jarit bermotif batik. Busana yang di gunakan pada tarian ini biasanya menggunakan ukuran longgar, terutama pada bagian bawah karena di sesuaikan dengan gerakannya yang lincah dan dinamis. Pada bagian kepala biasanya menggunakan sanggul yang di hias dengan hiasan seperti mahkota dan juga bunga untuk menambah kecantikan para penarinya. Selain itu penari juga di lengkapi dengan selendang yang di gunakan untuk menari sehingga terlihat sangat anggun.
Dalam perkembangannya, Tari Jaipong ini menjadi salah satu simbol kesenian Jawa Barat. Tarian ini sering di tampilkan pada acara hiburan, penyambutan tamu besar dan festival budaya. Seiring dengan perkembangannya, tarian ini telah di modifikasi dengan berbagai kreasi gerakan dan juga kostum atau attribute yang di gunakan dalam menarinya. Perubahan dilakukan agar tarian tersebut terlihat menarik, namun tidak meninggalkan pakem atau keasliannya.
Lihat jaipongan dulu yuk :D
TARI
SAMAN
Tari Saman merupakan
sebuah tarian asal Suku Gayo, Aceh yang mulai dikembangkan pada abad ke 14 oleh
seorang ulama besar bernama Syekh Saman. Tarian ini awalnya hanyalah sebuah
permainan rakyat bernama Pok Ane. Kebudayaan Islam yang masuk ke daerah Gayo pada
masa itu berakulturasi dengan permainan Pok Ane, sehingga nyanyian pengiring
permainan Pok Ane yang awalnya hanya bersifat pelengkap, berubah menjadi
nyanyian penuh makna dan pujian pada Alloh. Kebudayaan Islam juga merubah
beberapa gerakan pada tari saman mulai dari tepukan dan perubahan tempat duduk.
Tari saman di masa
Kesultanan Aceh hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid Nabi Muhammad di
surau-surau atau masjid di daerah Gayo, namun pada perkembangannya ia juga
kemudian dimainkan pada acara-acara umum seperti acara pesta ulang tahun,
pernikahan, khitan, dan acara lainnya hingga sekarang.
Sejak 24 November 2011,
tari saman telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak benda asal
Indonesia oleh UNESCO dalam sidang keenam Komite Antar Negara yang dilaksanakan
di Bali. Tarian yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan “Dance of
Thousand Hand” ini hingga sekarang masih terus dilestarikan, bukan hanya oleh
orang suku Aceh Gayo, melainkan juga oleh seluruh masyarakat dunia yang mengagumi
keunikannya.
Penari dan Gerakan Tari
Saman
Pada awalnya, tarian
saman hanya dimainkan para pria yang jumlahnya tidak lebih dari 10 orang, 8
sebagai penari dan 2 sebagai pemberi aba-aba. Namun, pada perkembangannya,
menyadari bahwa sebuah tarian akan menjadi semakin semarak jika dimainkan oleh
lebih banyak penari, maka tari saman pun jadi boleh ditarikan oleh lebih dari
10 penari. Selain itu, para wanita yang awalnya tidak boleh memainkan tarian
ini, juga menjadi diperkenankan untuk memainkannya.
Untuk mengatur kekompakan gerakan penari, tari saman
biasanya akan dipimpin oleh 2 orang syekh. Syekh adalah pengatur irama gerakan
sekaligus pemandu nyanyian atau syair-syair yang mengiringi tarian ini.
Gerakan-gerakan dalam tari saman secara umum terbagi menjadi beberapa unsur,
yaitu gerakan tepuk tangan dan gerak tepuk dada, gerak guncang, gerak kirep,
gerak lingang, dan gerak surang-saring. Nama-nama semua gerakan dalam tari
saman ini berasal dari bahasa Gayo. Yang membuat tari sama begitu unik dan sering
menghadirkan decak kagum bagi yang menyaksikannya adalah karena harmonisasi
gerakan dalam tarian ini yang mengalun cepat bersama syair-syair dan yang
mengiringinya. Banyak orang luar negeri bahkan lebih mengenal tari saman
daripada tari kecak atau tari pendet yang berasal dari bali
Paduan Suara dan Lagu Tari
Saman
Berbeda dengan
pertunjukan tari pada umumnya, pada pertunjukan tari saman yang asli, Anda
tidak akan menemukan iringan irama alat musik apapun. Satu-satunya irama yang
digunakan untuk menyelaraskan gerakan tari ini adalah suara dari para penari
itu sendiri. Mereka akan bertepuk tangan, tepuk dada, paha, dan lantai atau
kadang menyanyikan syair tersendiri untuk menyingkronkan gerakan antara penari
satu dengan penari lainnya.
Untuk syair dari
nyanyian lagu tari saman sendiri biasanya merupakan sebuah pepatah dan nasihat
yang bermakna begitu dalam. Syair-syair tersebut berisi pesan moril ajaran
Islam yang seharusnya diresapi oleh setiap para pendengarnya. Bagi seorang
syekh atau pemandu tari, menyanyikan lagu tari saman juga tidak boleh dilakukan
secara sembarangan. Ada 5 aturan atau cara baku yang harus ditaati dalam
menyanyikan lagu tari saman ini. Kelima aturan tersebut antara lain: Rengum ata
auman yang diawali oleh pemandu. Dering yaitu rengum yang segera diikuti oleh
semua penari. Redet atau lagu singkat dengan nada pendek yang dinyanyikan oleh
salah satu penari di bagian tengah. Syekh atau lagu yang dinyanyikan dengan
suara panjang tinggi sebagai tanda perubahan gerakan. Saur atau lagu yang
diulangi bersama oleh semua penari setelah dinyanyikan oleh seorang penari
solo.
Arti dan Makna Tari
Saman
Terlepas dari beragam
keunikannya, tari saman bagi masyarakat Aceh memiliki arti dan makna yang
sangat dalam. Tarian ini melambangkan tingginya sopan santun, pendidikan,
kebersamaan, kekompakan dan kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius. Pesan
dakwah yang terkandung dalam setiap syairnya juga memiliki nilai tersendiri.
Nasehat-nasehat dengan makna begitu dalam tersirat kental dalam syair lagu tari
ini.
TARI GANDRUNG
Tari Gandrung adalah salah satu jenis tarian tradisional yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Tarian ini merupakan tarian yang dilakukan secara berpasangan antara pria dan wanita. Tari Gandrung ini hampir sama dengan tarian di daerah lain seperti Tari ketuk tilu(jawa barat), Tari tayub (jawa tengah), Tari lengger (banyumas) dan daerah lainnya, dimana penari wanita mengajak para tamu pria untuk ikut menari bersama. Tarian ini sangat terkenal di Banyuwangi dan menjadi salah satu icon kota Banyuwangi.
Selain kaya akan nilai seni dan filosofis didalamnya, Tari Gandrung juga kaya akan nilai historis. Menurut berapa sumber, ada beberapa versi cerita rakyat yang menjelaskan sejarah Tari Gandrung ini. Salah satunya adalah pada saat dibabadnya hutan Tirta Arum untuk membangun kembali ibu kota Blambangan akibat penyerbuan kompeni yang dibantu oleh kerajaan Mataram dan Madura untuk merebut balambangan dari kekuasaan Mangwi. Perang tersebut berakhir dengan kemenangan kompeni yang memakan banyak korban. Selain banyaknya rakyat yang tewas, banyak juga rakyat yang melarikan diri terpencar ke hutan dan menderita.
Kesenian Tari Gandrung awalnya muncul dan dilakukan oleh kaum laki – laki dengan membawa peralatan Musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana. Mereka berkeliling setiap hari mendatangi tempat yang dihuni oleh sisa rakyat blambangan sebelah timur untuk melakukan Tari Gandrung dan mendapatkan semacam imbalan dari penduduk yang mampu. Hasil sumbangan tersebut kemudian dibagikan kepada mereka korban perang yang kondisinya memprihatinkan, baik mereka yang mengungsi di pedesaan, pedalaman dan di hutan. Mereka juga mengajak para korban tersebut untuk kembali ke kampung halamanya dan sebagian dari mereka ikut membabat hutan Tirta Arum yang diprakarsai oleh bupati yang baru bernama Mas Alit. Setelah hutan tersebut selesai dibabad kemudian dikenal dengan nama Banyuwangi. Dari situlah terlihat peran besar Tari Gandrung yang sangat berpengaruh dalam sejarah berdirinya kota Banyuwangi.
Tari Gandrung ini awalnya dilakukan oleh penari laki – laki yang didandani seperti perempuan. Namun seiring dengan perkembangan, penari gandrung beralih menjadi penari perempuan. Dalam pertunjukannya, Tari Gandrung sebenarnya terbagi menjadi tiga babak. Pertama dibuka dengan Jejer, yaitu bagian dimana penari menyanyikan lagu dan menari sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan Paju atau yang di daerah lain disebut Ngibing, yaitu penari memberikan selendangnya kepada tamu yang datang untuk diajak menari. Dalam babak ini penari terkadang menari dengan gaya menggoda para tamu yang akan diajak menari. Selain itu pada babak ini selain menari juga diselingi repen atau nyanyian yang tidak ditarikan.
Dan pada babak terakhir adalah Seblang subuh yaitu penutup, dimana penari menari dengan penuh penghayatan dengan menggunakan kipas yang dikibaskan sesuai irama sambil bernyanyi. Pada bagian ini akan sangat terasa kesan mistisnya. Hal ini masih berhubungan dengan ritual Seblang, yaitu suatu ritual penyembuhan atau penyucian yang dilakukan oleh penari jaman dahulu. Namun, di masa sekarang ini bagian seblang subuh sudah mulai jarang digunakan, meskipun merupakan bagian penutup pertunjukan Tari Gandrung.
Dalam pertunjukan Tari Gandrung ini juga diiringi oleh iringan Musik pengiring, diantaranya seperti kempul, gong, kluncing, biola, kendang dan kethuk. Selain itu sebagai kreasi biasanya juga terdapat beberapa instrument lain seperti saron bali, angklung, rebana dan electone. Dalam pertunjukan Tari Gandrung ini juga diiringi dengan Panjak, yaitu seorang pemberi semangat dengan sorakan dan kata – kata yang kocak sehingga dapat memeriahkan pertunjukan. Peran panjak tersebut biasanya dilakukan oleh pemain kluncing.
Untuk busana yang dikenakan penari Tari Gandrung ini sangat kental akan perpaduan gaya Jawa dan Bali. Pada bagian tubuh atas, penari menggunakan baju yang berbentuk seperti kemben berwarna hitam yang terbuat dari beludru dan kain diikat di leher menutupi dada yang dihiasi ornament berwarna emas. Lalu pada bagian bawah penari menggunakan kainbatik khas Banyuwangi panjang sampai bagian atas mata kaki. Dan pada bagian kepala penari menggunakan mahkota dengan berbagai ornament berwarna merah dan emas yang disebut omprok. Selain itu juga berbagai asesoris seperti kelat pada tangan, selendang yang dikenakan dibahu dan pada bagian pinggang diberi ikat pinggang dan sembong yang dihiasi warna emas. Tidak lupa tata rias khusus yang membuat penari terlihat cantik dan sesuai dengan busana yang dikenakan.
Dalam perkembangannya, sebagai tarian klasik Tari Gandrung ini masih tetap hidup dan dilestarikan di Banyuwangi. Tidak hanya peran dari seniman saja, bahkan masyarakat dan pemerintah daerah mendukung penuh pelestarian Tari Gandrung ini. Terbukti dengan menjadikan Tari Gandrung sebagai maskot kota Banyuwangi dan usaha memperkenalkan kepada generasi muda dan masyarakat luas melalui bidang pendidikan dan pariwisata. Kesadaran akan warisan budaya tersebut membuat Tari Gandrung tidak hanya sekedar peninggalan leluhur saja, namun juga menjadi salah satu daya dan kebanggaan bagi masyarakat Banyuwangi yang tidak hanya terkenal di Indonesia, bahkan di dunia.
Yuk nonton Tari Gandrung dulu :D
Tari Gandrung Banyuwangi
Yuk nonton Tari Gandrung dulu :D
Tari Gandrung Banyuwangi