UA-107116405-1 September 2017 - Tarian Nusantara

Via Berlia

I am a Writer Student

Via Berlia

Hay namaku Via Berlia panggil saja Via. Selamat datang diblog ku semoga kalian senang membaca artikel-artikel yang aku buat ini. Dengan membaca kalian akan menambah wawasan kalian dan pengetahuan kalian. Karena membaca adalah jendela dunia yang sangat bermanfaat untuk kita :D

  • +6281230088854
  • viadcc2017063@gmail.com
  • ViaBerliaa
Me

Keahlianku

Aku memiliki hoby bermain bola voli, dari bola voli aku memenangkan banyak kejuaraan bersama teman-temanku. Mulai dari tingkat terendah sampai menengah. Keahlian lainnya aku senang mencoba hal-hal yang menurutku menantang misalnya seperti melakukan kegiatan yang menguji kekuatan fisik. Aku juga pintar dalam mencari teman baru.

Bola Voli 90%
Petualangan 70%
Sosialisasi 95%
Percaya Diri 100%

Awesome features

Aliquam commodo arcu vel ante volutpat tempus. Praesent pulvinar velit at posuere mollis. Quisque libero sapien.

Animated elements

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed tempus cursus lectus vel pellentesque. Etiam tincidunt.

Responsive Design

Pellentesque ultricies ligula a libero porta, ut venenatis orci molestie. Vivamus vitae aliquet tellus, sed mollis libero.

Modern design

Duis ut ultricies nisi. Nulla risus odio, dictum vitae purus malesuada, cursus convallis justo. Sed a mi massa dolor.

Retina ready

Vivamus quis tempor purus, a eleifend purus. Ut sodales vel tellus vel vulputate. Fusce rhoncus semper magna.

Fast support

Suspendisse convallis sem eu ligula porta gravida. Suspendisse potenti. Lorem ipsum dolor sit amet, duis omis unde elit.

0
completed project
0
design award
0
facebook like
0
current projects
  • TARI SAMAN


    Tari Saman merupakan sebuah tarian asal Suku Gayo, Aceh yang mulai dikembangkan pada abad ke 14 oleh seorang ulama besar bernama Syekh Saman. Tarian ini awalnya hanyalah sebuah permainan rakyat bernama Pok Ane. Kebudayaan Islam yang masuk ke daerah Gayo pada masa itu berakulturasi dengan permainan Pok Ane, sehingga nyanyian pengiring permainan Pok Ane yang awalnya hanya bersifat pelengkap, berubah menjadi nyanyian penuh makna dan pujian pada Alloh. Kebudayaan Islam juga merubah beberapa gerakan pada tari saman mulai dari tepukan dan perubahan tempat duduk.

    Tari saman di masa Kesultanan Aceh hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid Nabi Muhammad di surau-surau atau masjid di daerah Gayo, namun pada perkembangannya ia juga kemudian dimainkan pada acara-acara umum seperti acara pesta ulang tahun, pernikahan, khitan, dan acara lainnya hingga sekarang. 

    Sejak 24 November 2011, tari saman telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak benda asal Indonesia oleh UNESCO dalam sidang keenam Komite Antar Negara yang dilaksanakan di Bali. Tarian yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan “Dance of Thousand Hand” ini hingga sekarang masih terus dilestarikan, bukan hanya oleh orang suku Aceh Gayo, melainkan juga oleh seluruh masyarakat dunia yang mengagumi keunikannya. 

    Penari dan Gerakan Tari Saman 

    Pada awalnya, tarian saman hanya dimainkan para pria yang jumlahnya tidak lebih dari 10 orang, 8 sebagai penari dan 2 sebagai pemberi aba-aba. Namun, pada perkembangannya, menyadari bahwa sebuah tarian akan menjadi semakin semarak jika dimainkan oleh lebih banyak penari, maka tari saman pun jadi boleh ditarikan oleh lebih dari 10 penari. Selain itu, para wanita yang awalnya tidak boleh memainkan tarian ini, juga menjadi diperkenankan untuk memainkannya.

    Untuk mengatur kekompakan gerakan penari, tari saman biasanya akan dipimpin oleh 2 orang syekh. Syekh adalah pengatur irama gerakan sekaligus pemandu nyanyian atau syair-syair yang mengiringi tarian ini. Gerakan-gerakan dalam tari saman secara umum terbagi menjadi beberapa unsur, yaitu gerakan tepuk tangan dan gerak tepuk dada, gerak guncang, gerak kirep, gerak lingang, dan gerak surang-saring. Nama-nama semua gerakan dalam tari saman ini berasal dari bahasa Gayo. Yang membuat tari sama begitu unik dan sering menghadirkan decak kagum bagi yang menyaksikannya adalah karena harmonisasi gerakan dalam tarian ini yang mengalun cepat bersama syair-syair dan yang mengiringinya. Banyak orang luar negeri bahkan lebih mengenal tari saman daripada tari kecak atau tari pendet yang berasal dari bali

    Paduan Suara dan Lagu Tari Saman 


    Berbeda dengan pertunjukan tari pada umumnya, pada pertunjukan tari saman yang asli, Anda tidak akan menemukan iringan irama alat musik apapun. Satu-satunya irama yang digunakan untuk menyelaraskan gerakan tari ini adalah suara dari para penari itu sendiri. Mereka akan bertepuk tangan, tepuk dada, paha, dan lantai atau kadang menyanyikan syair tersendiri untuk menyingkronkan gerakan antara penari satu dengan penari lainnya.

    Untuk syair dari nyanyian lagu tari saman sendiri biasanya merupakan sebuah pepatah dan nasihat yang bermakna begitu dalam. Syair-syair tersebut berisi pesan moril ajaran Islam yang seharusnya diresapi oleh setiap para pendengarnya. Bagi seorang syekh atau pemandu tari, menyanyikan lagu tari saman juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Ada 5 aturan atau cara baku yang harus ditaati dalam menyanyikan lagu tari saman ini. Kelima aturan tersebut antara lain: Rengum ata auman yang diawali oleh pemandu. Dering yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari. Redet atau lagu singkat dengan nada pendek yang dinyanyikan oleh salah satu penari di bagian tengah. Syekh atau lagu yang dinyanyikan dengan suara panjang tinggi sebagai tanda perubahan gerakan. Saur atau lagu yang diulangi bersama oleh semua penari setelah dinyanyikan oleh seorang penari solo.

    Arti dan Makna Tari Saman 

    Terlepas dari beragam keunikannya, tari saman bagi masyarakat Aceh memiliki arti dan makna yang sangat dalam. Tarian ini melambangkan tingginya sopan santun, pendidikan, kebersamaan, kekompakan dan kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius. Pesan dakwah yang terkandung dalam setiap syairnya juga memiliki nilai tersendiri. Nasehat-nasehat dengan makna begitu dalam tersirat kental dalam syair lagu tari ini. 

    Nonton Tari Saman yuk :D
  • TARI GANDRUNG



    Tari Gandrung adalah salah satu jenis tarian tradisional yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Tarian ini merupakan tarian yang dilakukan secara berpasangan antara pria dan wanita. Tari Gandrung ini hampir sama dengan tarian di daerah lain seperti Tari ketuk tilu(jawa barat), Tari tayub (jawa tengah), Tari lengger (banyumas) dan daerah lainnya, dimana penari wanita mengajak para tamu pria untuk ikut menari bersama. Tarian ini sangat terkenal di Banyuwangi dan menjadi salah satu icon kota Banyuwangi. 

    Selain kaya akan nilai seni dan filosofis didalamnya, Tari Gandrung juga kaya akan nilai historis. Menurut berapa sumber, ada beberapa versi cerita rakyat yang menjelaskan sejarah Tari Gandrung ini. Salah satunya adalah pada saat dibabadnya hutan Tirta Arum untuk membangun kembali ibu kota Blambangan akibat penyerbuan kompeni yang dibantu oleh kerajaan Mataram dan Madura untuk merebut balambangan dari kekuasaan Mangwi. Perang tersebut berakhir dengan kemenangan kompeni yang memakan banyak korban. Selain banyaknya rakyat yang tewas, banyak juga rakyat yang melarikan diri terpencar ke hutan dan menderita.

    Kesenian Tari Gandrung awalnya muncul dan dilakukan oleh kaum laki – laki dengan membawa peralatan Musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana. Mereka berkeliling setiap hari mendatangi tempat yang dihuni oleh sisa rakyat blambangan sebelah timur untuk melakukan Tari Gandrung dan mendapatkan semacam imbalan dari penduduk yang mampu. Hasil sumbangan tersebut kemudian dibagikan kepada mereka korban perang yang kondisinya memprihatinkan, baik mereka yang mengungsi di pedesaan, pedalaman dan di hutan. Mereka juga mengajak para korban tersebut untuk kembali ke kampung halamanya dan sebagian dari mereka ikut membabat hutan Tirta Arum yang diprakarsai oleh bupati yang baru bernama Mas Alit. Setelah hutan tersebut selesai dibabad kemudian dikenal dengan nama Banyuwangi. Dari situlah terlihat peran besar Tari Gandrung yang sangat berpengaruh dalam sejarah berdirinya kota Banyuwangi.

    Tari Gandrung ini awalnya dilakukan oleh penari laki – laki yang didandani seperti perempuan. Namun seiring dengan perkembangan, penari gandrung beralih menjadi penari perempuan. Dalam pertunjukannya, Tari Gandrung sebenarnya terbagi menjadi tiga babak. Pertama dibuka dengan Jejer, yaitu bagian dimana penari menyanyikan lagu dan menari sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan Paju atau yang di daerah lain disebut Ngibing, yaitu penari memberikan selendangnya kepada tamu yang datang untuk diajak menari. Dalam babak ini penari terkadang menari dengan gaya menggoda para tamu yang akan diajak menari. Selain itu  pada babak ini selain menari juga diselingi repen atau nyanyian yang tidak ditarikan. 

    Dan pada babak terakhir adalah Seblang subuh yaitu penutup, dimana penari menari dengan penuh penghayatan dengan menggunakan kipas yang dikibaskan sesuai irama sambil bernyanyi. Pada bagian ini akan sangat terasa kesan mistisnya. Hal ini masih berhubungan dengan ritual Seblang, yaitu suatu ritual penyembuhan atau penyucian yang dilakukan oleh penari jaman dahulu. Namun, di masa sekarang ini bagian seblang subuh sudah mulai jarang digunakan, meskipun merupakan bagian penutup pertunjukan Tari Gandrung.

    Dalam pertunjukan Tari Gandrung ini juga diiringi oleh iringan Musik pengiring, diantaranya seperti kempul, gong, kluncing, biola, kendang dan kethuk. Selain itu sebagai kreasi biasanya juga terdapat beberapa instrument lain seperti saron bali, angklung, rebana dan electone. Dalam pertunjukan Tari Gandrung ini juga diiringi dengan Panjak, yaitu seorang pemberi semangat dengan sorakan dan kata – kata yang kocak sehingga dapat memeriahkan pertunjukan. Peran panjak tersebut biasanya dilakukan oleh pemain kluncing.


    Untuk busana yang dikenakan penari Tari Gandrung ini sangat kental akan perpaduan gaya Jawa dan Bali. Pada bagian tubuh atas, penari menggunakan baju yang berbentuk seperti kemben berwarna hitam yang terbuat dari beludru dan kain diikat di leher menutupi dada yang dihiasi ornament berwarna emas. Lalu pada bagian bawah penari menggunakan kainbatik khas Banyuwangi panjang sampai bagian atas mata kaki. Dan pada bagian kepala penari menggunakan mahkota dengan berbagai ornament berwarna merah dan emas yang disebut omprok. Selain itu juga berbagai asesoris seperti kelat pada tangan, selendang yang dikenakan dibahu dan pada bagian pinggang diberi ikat pinggang dan sembong yang dihiasi warna emas. Tidak lupa tata rias khusus yang membuat penari terlihat cantik dan sesuai dengan busana yang dikenakan. 
    Dalam perkembangannya, sebagai tarian klasik Tari Gandrung ini masih tetap hidup dan dilestarikan di Banyuwangi. Tidak hanya peran dari seniman saja, bahkan masyarakat dan pemerintah daerah mendukung penuh pelestarian Tari Gandrung ini. Terbukti dengan menjadikan Tari Gandrung sebagai maskot kota Banyuwangi dan usaha memperkenalkan kepada generasi muda dan masyarakat luas melalui bidang pendidikan dan pariwisata. Kesadaran akan warisan budaya tersebut membuat Tari Gandrung tidak hanya sekedar peninggalan leluhur saja, namun juga menjadi salah satu daya dan kebanggaan bagi masyarakat Banyuwangi yang tidak hanya terkenal di Indonesia, bahkan di dunia.

    Yuk nonton Tari Gandrung dulu :D
    Tari Gandrung Banyuwangi
  • TARI PENDET



    Tari Pendet adalah salah satu tarian selamat datang atau tarian penyambutan yang khas dari Bali. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional dari Bali yang sangat terkenal dan sering ditampilkan berbagai acara seperti penyambutan tamu besar dan acara budaya lainnya. Tari Pendet ini biasanya dimainkan oleh para penari wanita dengan membawa mangkuk yang berisi berbagai macam bunga yang menjadi ciri khasnya.

    Asal Mula Tari Pendet

    Tari Pendet awalnya merupakan suatu tarian tradisional yang menjadi bagian dari upacara piodalan di Pura atau tempat suci keluarga. Sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan dari masyarakat Bali dalam menyambut kehadiran para dewata yang turun dari khayangan. Tarian ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan spiritual masyarakat di sana.

    Berawal dari situ, salah satu seniman Bali bernama I Wayan Rindi  terinspirasi dan mengubah tarian tersebut menjadi tarian selamat datang. Dengan dibantu Ni Ketut Reneng, keduanya menciptakan Tari Pendet sebagai tarian penyambutan dengan empat orang penari. Kemudian tarian ini dikembangkan dan disempurnakan lagi oleh I Wayang Baratha dengan menambahkan jumlah penari menjadi lima orang, seperti yang sering ditampilkan sekarang. Walaupun sudah menjadi tarian penyambutan atau tarian selamat datang, Tari Pendet ini masih terdapat unsur-unsur religius yang menjadi ciri khas masyarakat Bali.

    Fungsi Tari Pendet

    Tari Pendet ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan fungsinya, yaitu Tari Pendet Sakral danTari Pendet Penyembutan. Untuk Tari Pendet sakral ditampilkan sebagai bagian dari ritual keagamaan masyarakat Bali. Dalam pertunjukan tarian ini segala sesuatunya lebih sederhana, namun unsur religius sangat kental pada tarian ini. Sedangkan Tari Pendet penyambutan ditampilkan sebagai hiburan atau tarian penyambutan. Dalam pertunjukan tari penyambutan ini lebih memfokuskan keindahan baik dari segi gerak, busana, dan kecantikan para penari. Namun walaupun begitu, unsur budaya masyarakat Bali masih melekat pada tari penyambutan ini.

    Pertunjukan Tari Pendet

    Dalam pertunjukannya, Tari Pendet dimainkan oleh para penari wanita yang masing-masing membawa mangkok/bokor berisi bermacam-macam bunga sebagai properti menarinya. Pada akhir pertunjukan, penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa ke arah penonton dan para tamu sebagai ucapan selamat datang. Penari tersebut menari dengan gerakan yang dinamis sesuai dengan irama musik pengiringnya. Musik pengiring dalam pertunjukan Tari Pendet ini merupakan musik Gamelan khas Bali seperti gangsa, kenyur, tungguh, kendangdan lain-lain.

    Gerakan Tari Pendet

    Gerakan Tari Pendet ini merupakan gerakan tari yang sangat komplit, karena gerakan tari tersebut hampir menggerakan semua bagian tubuh. Mulai dari gerakan kaki, tangan, jari, badan, leher dan gerakan ekpresif seperti gerakan mata dan mimik muka. Untuk menarikan Tari Pendet ini tentunya membutuhkan keluwesan dan kelincahan.

    Kostum Tari Pendet

    Dalam pertunjukannya penari menggunakan busana dan tata rias khas penari Bali. busana tersebut meliputi tapih, kemben prade, sabuk stagen, sabuk prade, selendang yang dililitkan di badan dan diletakan dipundak penari. Pada bagian kepala, rambut di ikat dengan pusung gonjer kemudian di hias dengan bunga jepun, bunga kamboja, bunga mawar dan jempaka. Selain itu penari juga dipercantik dengan berbagai aksesoris seperti gelang, kalung dan anting. Sedangkan untuk tata rias penari biasanya lebih mempertajam garis-garis muka supaya terlihat lebih jelas dan tidak lupa memakai subeng.

    Perkembangan Tari Pendet


    Walaupun Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak ditinggali wisatawan mancanegara, namun masyarakat Bali sangat terkenal akan tradisi dan budayanya yang masih dipertahankan hingga saat ini. Terbukti dengan banyaknya kesenian tradisional maupun tradisi adat yang terus dilestarikan dan dijaga, bahkan hal tersebut menjadi salah satu daya tarik wisata di sana. Salah satunya adalah Tari Pendet ini. Tarian ini masih terus dilestarikan oleh para seniman dari sanggar-sanggar tari yang ada di Bali dan masih terus ditampilkan di berbagai acara budaya seperti penyambutan, festival budaya, dan promosi pariwisata.

    Yuk liat Tari pendet teman :D
  • TARI REMO 



    Tari Remo merupakan sebuah tarian selamat datang khas Jawa Timur yang menggambarkan karakter dinamis Jawa Timur. Daerah-daerah yang menggunakan tari remo ini diantaranya Surabaya, Jombang, Malang, dan juga Situbondo. Tarian ini dikemas sebagai gambaran keberanian dari seorang pangeran yang sedang berjuang didalam medan pertempuran. Makanya sisi kemaskulinan para penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian remo ini. Tarian yang dipromosikan pada sekitar tahun 1900 ini, pernah dimanfaatkan oleh para nasionalis Indonesia untuk berkomunikasi kepada masyarakat
    .
    Saat tarian ini ditarikan selalu diiringi dengan musik gamelan dalam suatu gending yang umumnya terdiri dari saron, gambang, bonang, gender, slentem, siter, seruling, kenong, kempul, ketuk, dan gong dan irama slendro. Biasanya akan menggunakan irama gending jula-juli Suroboyo tropongan. Tari remo ini bisa ditarikan dengan gaya wanita ataupun gaya pria, baik itu ditampilkan secara bersama-sama maupun bergantian. Biasanya tarian ini di tampilkan sebagai tari pembukaan dari kesenian ludruk atau wayang kulit.



    Busana atau pakaian yang dikenakan masing-masing daerah di Jawa Timur dalam menarikan remo memiliki khas tersendiri. Gaya Surabayaan atau juga Sawunggaling, penarinya akan mengenakan busana yang terdiri dari bagian atas berwarna hitam yang menghadirkan pakaian abad 18, celana bludru hitam dengan sebuah hiasan emas dan batik. Di pinggang terdapat sebuah sabuk dan keris. Di paha kanan terdapat selendang menggantung sampai ke bagian mata kaki. Sementara itu penari perempuan akan memakai sanggul di rambutnya.

    Sementara pada busana gaya Malangan dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yaitu pada celananya yang panjang sampai menyentuh mata kaki dan tidak disemat dengan jarum. Busana gaya Jombangan ini pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah para penari tidak menggunakan kaus, akan tetapi menggunakan rompi. Satu lagi adalah busana remong putri. Busana remong putri ini berbeda dengan gaya remong yang asli. Para penarinya akan memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup pada bagian dada, memakai rapak untuk menutupi bagian pinggang sampai ke lutut, dan hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bagian bahu.

    Gerakan kaki yang rancak serta dinamis menjadi karakteristik yang paling utama. Gerakan ini didukung dengan adanya sebuah lonceng-lonceng yang dipasang di bagian pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi ketika penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu juga, karakteristik yang lain yaitu gerakan anggukan dan gelengan kepala, gerakan selendang atau sampur,  ekspresi wajah, serta kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif. Meskipun dahulunya seni tari ini digunakan sebagai pembuka di dalam pertunjukan ludruk. Namun dengan seiring berjalannya waktu, fungsi dari tari remong ini pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk, yaitu menjadi tarian penyambutan tamu, khususnya bagi tamu–tamu kenegaraan.

    Selain itu juga, tari remong sering ditampilkan dalam festival kesenian daerah sebagai upaya dalam melestarikan budaya Jawa Timur. Oleh karena itu saat ini tari remo tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga oleh dibawakan oleh penari wanita. Sehingga saat ini muncul jenis tari remong putri. Dalam pertunjukan tari remong putri, biasanya para penari akan memakai busana tari yang berbeda dengan busana tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria.

    Lihat Tari Remo yuk :D
  • TARI BEDHAYA KETAWANG



    Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian kebesaran yang hanya dipertunjukan ketika penobatan dan peringatan kenaikan tahta sang raja di Kasunanan Surakarta. Tarian ini merupakan tarian yang sakral serta suci bagi masyarakat dan juga Kasunanan Surakarta. Nama Tari Bedhaya Ketawang ini diambil dari kata bedhaya yang artinya penari wanita di istana, dan ketawang yang artinya langit, yakni yang identik sesuatu yang tinggi, kemuliaan dan juga keluhuran.

    Sejarah Tari Bedhaya Ketawang

    Menurut sejarahnya, tarian ini berawal pada saat Sultan Agung memerintah kesultanan Mataram tahun 1613 sampai 1645. Pada suatu saat Sultan Agung melakukan ritual semedi, ketika itu beliau mendengar suara senandung yang berasal dari arah langit, Sultan agung pun terkesima dengan suara senandung tersebut. Lalu beliau memanggil para pengawalnya serta mengutarakan apa yang terjadi. Dari kejadian itulah beliau menciptakan tarian yang diberi nama dengan bedhaya ketawang ini. Ada juga versi lain yang mengatakan bahwa pada saat pertapaannya Panembahan Senapati bertemu dan lalu memadu kasih dengan si Ratu Kencanasari atau Kangjeng Ratu Kidul yang kemudian menjadi cikal bakal tarian ini.

    Namun setelah perjanjian Giyanti ditahun 1755, dilakukanlah pembagian harta warisan kesultanan mataram kepada Pakubuwana III dan juga Hamengkubuwana I. Selain pembagian wilayah, dalam perjanjian ini juga ada pembagian warisan budaya. Tari Bedhaya Ketawang akhirnya diberikan kepada kasunanan Surakarta dan didalam perkembangannya tarian ini tetap dipertunjukan pada saat penobatan dan juga upacara peringatan kenaikan tahta bagi sunan Surakarta. 

    Tari Bedhaya Ketawang ini menggambarkan hubungan asmara antara Kangjeng Ratu Kidul dengan raja mataram. Semua itu diwujudkan dalam gerak tari. Kata-kata yang terkandung dalam tembang pengiring Tari Bedhaya Ketawang ini menggambarkan curahan hati dari Kangjeng Ratu Kidul kepada sang raja. Tarian ini biasanya dimainkan oleh 9 (sembilan) penari wanita. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, setiap pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang ini dipercaya akan hadirnya kangjeng ratu kidul dan ikut menari sebagai penari yang kesepuluh.

    Sebagai tarian yang sakral, terdapat beberapa syarat yang harus dimiliki oleh setiap penarinya. Syarat yang paling utama yakni para penari harus seorang gadis yang suci dan tidak sedang haid. Jika sedang haid maka penari tersebut harus meminta ijin kepada Kangjeng Ratu Kidul terlebih dahulu dengan melakukan caos dhahar di panggung sanga buwana, di keraton Surakarta. Hal ini dilakukan dengan berpuasa selama beberapa hari pada saat menjelang pertunjukan. Kesucian para penari sangat penting, konon katanya, pada saat latihan berlangsung, Kangjeng Ratu Kidul ini akan datang menghampiri para penari jika gerakan dalam menarinya masih salah.



    Pengiring Tari Bedhaya Ketawang





    Pada pertunjukannya, Tari Bedhaya Ketawang diiringi oleh iringan musik dari gending ketawang gedhe dengan nada pelog. Instrumen yang digunakan diantaranya adalah gong, kendhang, kethuk, kenong, dan kemanak. Dalam Tari Bedhaya Ketawang ini dibagi menjadi tiga babak (adegan). Ditengah tarian nada gendhing berganti menjadi slendro selama 2x (dua kali). Setelah itu nada gending akan kembali lagi ke nada pelog sampai tarian berakhir.

    Selain diiringi oleh musik gending, Tari Bedhaya Ketawang diiringi oleh tembang (lagu) yang menggambarkan curahan hati dari kangjeng ratu kidul kepada sang raja. Dibagian pertama tarian diiringi dengan tembang Durma, kemudian dilanjutkan dengan Ratnamulya. Pada saat para penari masuk kembali ke dalem ageng prabasuyasa, instrument musik ditambahkan dengan gambang, rebab, gender dan juga suling untuk menambah keselarasan suasana.


    Busana Tari Bedhaya Ketawang

    Dalam pertunjukannya, busana yang digunakan para penari dalam Tari Bedhaya Ketawang ini adalah busana yang digunakan oleh para pengantin perempuan jawa, yakni Dodot Ageng atau biasa disebut Basahan. Pada bagian rambut akan menggunakan Gelung Bokor Mengkurep, yakni gelungan yang ukurannya lebih besar dari pada gelungan gaya Yogyakarta. Untuk aksesoris perhiasan yang digunakan diantranya adalah centhung, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, garudha mungkur, dan tiba dhadha (rangkaian bunga yang dikenakan pada gelungan, yang memanjang sampai dada bagian kanan). 


    Perkembangan Tari Bedhaya Ketawang

    Pada awalnya Tari Bedhaya Ketawang ini dipertunjukkan selama dua setengah jam. Tetapi sejak dizaman Pakubuwana X diadakan pengurangan waktu, sampai akhirnya berdurasi satu setengah jam. Tari Bedhaya Ketawang ini tidak ditampilkan setiap saat, dikarenakan sebagai salah satu prosesi upacara keraton. Tarian hanya ditampilkan pada saat penobatan dan juga peringatan kenaikan tahta raja diKasunanan Surakarta. Karena sifatnya yang sangat sakral, jadi untuk menyaksikan tarian ini tentunya terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi.

    Klik untuk melihat video Tari Bedhaya Ketawang :)
  • TARI TOPENG MALANGAN


    Tari Topeng Malangan adalah pertunjukan kesenian tari dimana semua pemerannya menggunakan topeng. Kesenian ini merupakan salah satu kesenian tradisional dari Malang, Jawa Timur. Tari Topeng Malangan ini hampir sama dengan Wayang Wong, namun yang membedakan adalah pemerannya menggunakan topeng dan cerita yang sering dibawakan merupakan cerita panji.

    Tari Topeng Malangan ini dilakukan oleh beberapa orang dalam satu kelompok seni atau sanggar tari dengan menggunakan topeng dan kostum sesuai tokoh dalam cerita yang dibawakan. Cerita yang angkat dalam pertunjukan Tari Topeng Malangan biasanya adalah cerita panji dengan tokoh –tokoh seperti Raden Panji Inu Kertapati (Panji Asmarabangun), Galuh Candrakirana, Dewi Ragil Kuning, Raden Gunungsari dan lain – lain.

    Dalam pertunjukan Tari Topeng Malangan ini biasanya dibagi menjadi beberapa sesi. Pertama dilakukan Gending giro yaitu iringan musik gamelan yang dilakukan oleh pengrawituntuk menandakan pertunjukan akan dimulai atau memanggil penonton untuk menyaksikan. Kedua dilakukan salam pembukaan, dalam salam pembuka ini biasanya dilakukan oleh salah satu anggota pertunjukan untuk menyapa penonton dan menceritakan sinopsis cerita yang akan dibawakan. Pada bagian ketiga dilakukan sesajen, yaitu ritual yang dilakukan agar pemain dan penonton diberi keselamatan dan pertunjukan berlangsung lancar. Dan yang terakhir adalah inti acara yaitu pertujukan Tari Topeng Malangan. 

    Dalam cerita yang dibawakan tersebut biasanya terdapat beberapa babak, diantaranya adalah jejer jawa, jejer sabrang, perang gagal, gunungsari – patrajaya, perang brubuh dan bubaran. Selain itu seperti halnya cerita dalam pewayangan, tokoh dalam cerita Tari Topeng Malangan ini juga terbagi menjadi beberapa ragam, diantaranya seperti bolo tengen (kesatria jawa), bolo kiwo (raksasa/klono), dewa, penari putri, dan punakawan. Untuk memerankan tokoh - tokoh pada Tari Topeng Malangan ini dibutuhkan kemampuan dalam visualisasi tokoh yang diperankan, ekspresi gerak, dan fisik yang cocok dengan tokoh.

    Dalam pertunjukan Tari Topeng Malangan juga ada seorang Dalang. Selain mengatur jalannya cerita, Dalang Dalang juga bertugas untuk memberikan sesaji dan membacakan doa pada saat sesajen. Untuk musik pengiring pertunjukan Tari Topeng Malangan ini, biasanya diiringi oleh iringan musik tradirisional seperti kendang, bonang, gong dan instrument gamelan lainnya. Selain itu, pertunjukan akan semakin meriahkan dengan adanya Panjak dan Sinden. Khusus untuk Panjak biasanya dilakukan oleh salah satu penabuh musik pengiring. Selain bertugas memainkan musik dan menyanyi, Panjak juga sering berkomunikasi dengan Dalang dan penonton untuk memeriahkan acara.

    Dalam perkembangannya, Tari Topeng Malangan mulai meredup seiring dengan perkembangan jaman. Kurangnya regenerasi dan kesadaran masyarakat sangat mempengaruhi eksistensi dari kesenian satu ini. Namun beberapa sanggar tari di kabupaten Malang masih mempertahankan warisan budaya satu ini. Usaha pelestarian tersebut terbukti dengan mengadakan pertunjukan secara teratur dan dengan berbagai modifikasi dan penambahan variasi dalam pertunjukannya agar lebih menarik, namun tidak meninggalkan pakem yang ada. Usaha tersebut tidak bisa berjalan sendirian, tentunya peran masyarakat dan pemerintah sangat di butuhkan dalam menjaga dan melestarikan kesenian satu ini.

    Kalian bisa melihat seperti apa Tari Topeng Malangan klik di bawah ini :)
  • GET A FREE QUOTE NOW

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Home Ads

    Advertisement

    Instagram

    ADDRESS

    Malang

    EMAIL

    viadcc2017063@gmail.com

    TELEPHONE

    +6281230088854

    MOBILE